Systemic Racism in, No(r) Way!?

Source: https://www.newsinenglish.no/2020/06/25/norway-comes-to-grips-with-racism/

As I am writing this, merely 7 hours ago a hateful man of nordic descent threatened to shoot
two mosques in Norway, showing off the gun that he will use (@nightsofgnosis, 2024). In
March, the UN Working Group of Experts on People of African descent reported that racial
profiling, discriminatory acts, and hate speeches still happens often (United Nations Human
Rights Office of The High Commision, 2024 ). In 2022 alone there are 923 documented hate
crimes, 166% increase from 2015 (Dyvik, 2023). The Nordic countries, famed for their high
living standards, beautiful landscapes and their welfare system or the so-called ‘Nordic
Model’ are familiar among many. Yet, no system is perfect including their welfare system. In
this essay the writer argues that the Nordic Model is imperfect because of the latent fact that
those three aforementioned facts are still present, and will be too in the future unless there is a reform to the present institution and policy formation. read more

Immigration’s Role in Fortifying the Nordic Model: Enhancing Social Welfare and Economic Prosperity

Source: https://www.google.com/url?q=https://www.google.com/url?q%3Dhttps://www.dailyscandinavian.com/norways-population-rises/%26amp;sa%3DD%26amp;source%3Deditors%26amp;ust%3D1714383014416146%26amp;usg%3DAOvVaw2nuhBkhUqy19Ss-BSE95E7&sa=D&source=docs&ust=1714383014445736&usg=AOvVaw13Vb8dDUjn171S-Kg5lNxi

The Nordic Model, embodied by countries like Denmark, Sweden, Norway, Finland, and Iceland, is renowned for seamlessly blending robust social welfare with economic success (Kautto & Kuitto, 2021). At its heart lies a strong social safety net supported by robust tax structures. However, the influx of immigrants due to open economies and aging populations presents a challenge. This essay argues that managing immigration effectively can enhance the long-term sustainability of the Nordic Model. read more

Berbagi Scandinavian Experience bersama Mas Wawan

Penulis: Ghiffari A. N. Pangestyatama

Dalam kesempatan kali ini, Nyheter Scandinavia berkesempatan berbincang-bincang dengan Mas Wawan Mas’udi. Mas Wawan adalah salah satu dosen Departemen Politik Pemerintahan yang pernah mengenyam pendidikan berjenjang S2 di Norwegia pada tahun 2002-2005. Perbincangan Nyheter dengan Mas Wawan kali ini akan membahas pengalaman beliau tinggal di Norwegia, khususnya terkait green living dan tata kelola kota di Norwegia. Yuk mari, kita simak bersama-sama!

Norwegia merupakan negara yang berwilayah sangat luas tetapi berpenduduk relatif sedikit, sehingga pembagian wilayah tempat tinggal dibagi-bagi berdasarkan model cluster dengan jarak antarkota yang sangat jauh. Pada tahun pertama kuliah, Mas Wawan tinggal di kota Bø, Telemark – kota ini terletak di pegunungan dan berjarak sekitar 3-4 jam dari Oslo ke arah selatan. Bø merupakan kota yang relatif kecil, dimana mayoritas penduduk tinggal di rumah-rumah biasa. Yang sangat menarik dari kota ini, menurut Mas Wawan, adalah sistem kebersihan atau sanitasi rumah tangga. Masing-masing rumah tangga terkoneksi dengan satu tempat pembuangan limbah besar. Untuk sampah rumah tangga akan langsung dipisahkan sejak awal antara limbah recyclable dan unrecyclable melalui pembedaan warna tempat sampah di tiap-tiap rumah. Pengelolaan sampah ini dilakukan oleh pemerintah daerah, mengingat pada tiap-tiap cluster pemerintah daerah mempunyai otoritas penuh terhadap pengelolaan sampah. Tugas masyarakat dalam pengelolaan sampah kota hanyalah pemisahan sampah rumah tangga yang telah disebut sebelumnya. Di beberapa kota lain di Norwegia, limbah yang tidak didaur ulang dapat dimanfaatkan sebagai energi dan bahan bakar. read more

Gender Equality di Nordik yang Bikin Iri!

Penulis: Naomi R. Anditya

Bicara soal persamaan gender di kawasan Nordik sama secara bicara tentang guacamole dan Mexico. Dunia dibuat kagum dengan betapa progresifnya negara-negara di kawasan Nordik (Finlandia, Swedia, Norwegia, Islandia, Denmark, Kep. Faroe, dan Kep. Aland) terkait persamaan gender. Di antara negara-negara di Eropa daratan, kawasan Nordik bahkan jauh lebih egaliter. Kenyataan ini tentu berkaitkelindan dengan peringkat teratas demokrasi yang didominasi oleh kawasan Nordik. Tahukah kalian bahwa negara-negara Nordik merupakan salah satu pelopor dari pemberian hak berpolitik kepada perempuan? Bahkan saat ini, presentase perempuan yang ada di parlemen mencapai lebih dari 40%! Memang belum ideal 50% sih, tetapi kalian bisa bayangkan betapa jarangnya kita menemui jumlah perempuan dalam parlemen sebanyak itu.  Fakta lain yang menunjukkan fenomena gender equality tersebut adalah fakta bahwa presiden perempuan pertama yang dipilih secara demokratis adalah Vigdís Finnbogadóttir dari Islandia (menjabat 1980-1996). Data resmi terakhir Global Gender Gap yang dikeluarkan World Economic Forum pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Islandia (selama enam tahun berturut-turut) ada di urutan pertama negara yang kesenjangan gendernya paling rendah, diikuti Finlandia (2), Norwegia (3), Swedia (4), Denmark (5), Nikaragua (6), Rwanda (7), Irlandia (8), Filipina (9), dan Belgia (10). Biasanya, selama bertahun-tahun, negara-negara Skandinavia hanya berputar-putar saja di keempat peringkat teratas. Kira-kira kenapa, ya, mereka bisa sangat progresif? Kita boleh dong, sedikit menerka-nerka. read more

Gimana Sih, Rasanya Hidup dan Kuliah di Skandinavia?

Penulis : Angelina Sandi Devina Putri

Hidup di negeri orang memang tidak mudah. Jauh dari keluarga, biaya hidup dengan living standard yang pastinya berbeda, atau mungkin cuaca yang mengharusan tubuh kita untuk menyesuaikan diri di awal kedatangan ke tempat baru. Namun, pernahkah di benak kalian membayangkan bagaimana jika kalian hidup di salah satu negara Skandinavia?

Skandinavia dikenal sebagai wilayah yang cukup damai, harmonis, dan sejahtera. Lingkungannya pun teratur dan bersih – tidak heran jika ketertarikan untuk tinggal di wilayah ini sangat tinggi.  Beasiswa pendidikan tak jarang ditawarkan kepada pelajar dari pelosok dunia. Dengan begitu, banyak pula pengalaman hidup dan berkuliah diceritakan oleh mahasiswa yang menerima beasiswa untuk menuntut  ilmu di Skandinavia. read more

Program UN REDD+ dan Kerjasama Norwegia-Indonesia: The Doubts that Linger

Penulis: Taradhinta Suryandari

Reducing Emissions From Deforestation and Forest Degradation (REDD+) merupakan sebuah program yang ditujukan untuk mengurangi deforestasi sebagai salah satu kerjasama iklim internasional. Konservasi hutan dengan pengurangan deforestasi dalam REDD+ sudah dibicarakan sejak UNFCCC Climate Talks di tahun 2005. Deforestasi dianggap sebagai salah satu cara yang efektif secara biaya untuk mengurangi emisi karbon.

Di Indonesia, usaha pengurangan emisi karbon melalui mekanisme REDD+ ini didanani oleh Pemerintah Norwegia. Pada tahun 2010 Indonesia dan Pemerintah Norwegia sepakat untuk bekerjasama yang ditandai dengan adanya Letter of Intent (LoI) on Cooperation on Reducing Greenhouse Gas Emissions from Deforestation and Forest Degradation. Dalam LoI tersebut, pemerintah Norwegia akan berkontribusi sebesar 1 milyar dollar Amerika untuk mendukung usaha REDD+ Indonesia. Indonesia-Norway REDD+ partnership dibagi ke dalam 3 fase, persiapan, transformasi, dan kontribusi untuk pengurangan emisi yang sudah terverifikasi. Kontribusi dari pemerintah Norwegia akan dibayarkan dengan metode payment-for-performance, yakni akan diberikan ke Indonesia jika Indonesia berhasil mengurani emisi. Sebagai langkah awal, Sulawesi Tengah dipilih sebagai pilot province untuk UN REDD+ Program. read more

Scandinavia: The Happiest Land in the World?

Penulis: Willibrordus B. Hartono

Di tahun 2016 Denmark kembali ditahbiskan sebagai negara paling bahagia menurut laporan Sustainable Development Solutions Network for the United Nations. Peringkat teratas tersebut merupakan suatu kemengan bagi mereka setelah sebelumnya tergusur oleh Swiss yang mengambil alih posisi teratas pada 2015. Terlepas daripada itu, Denmark konsisten berada di 5 besar bersama dengan Norwegia beserta Swedia berada dalam 10 besar teratas sejak penilaian ini dimulai pada 2013. Sulit membayangkan hal itu? Sedikit keluar dari topik adalah menyinggung tentang Finlandia dengan meme yang membandingkan sistem pendidikan dan kebahagiaan mereka dengan Indonesia sempat merebak di linimasa kita. Pertanyaan menggelitik kemudian muncul, apakah benar bahwa orang Skandinavia se-”bahagia” itu? read more

Scandinavian Scholarships & Universities: Belajar di Skandinavia, Yuk!

Penulis : Kristian Oka Prasetyadi

Belajar di luar negeri, terutama di Eropa, pastinya merupakan kesempatan yang tidak akan ditolak oleh pelajar di tingkat sarjana seperti kita. Negara-negara Skandinavia, Norwegia, Swedia, dan Denmark, memberikan kesempatan yang sangat luas bagi pelajar di berbagai negara untuk belajar di universitas-universitas terbaiknya. Bukan mustahil kalau kesempatan itu datang kepada kita, kan? Jadi, yuk kita tengok satu-persatu kesempatan belajar di Skandinavia!

Swedia read more

Scanity Folk Dance

Scanity members also practice Scandinavian folk dance as a way of learning culture and art,  and we already got the opportunities to show it twice, the first one at UMY on May 26, 2016 and the second one was at Gama Awards on November 30, 2016.

Scandinavian Day

Scandinavian Day is held once a year, in 2016 was on October 27-28 at FISIPOL. Scandinavian Day was held after mid term exam and consist of some different events which are Public Lecture, Movie Screening, Language Course, and Expo.

On the first day there was Public Lecture with topic Green Culture in Scandinavia with speaker Mathilde Wichmann (Student from Scandinavia) and Ajeng from PACER. The language course was specifically for Swedish Language, it started since the first day until the last day. The Expo also last for two days and there ware cooking demo (Swedish Meatball), Photobooth spot and photo competition, Live performances, and doorprizes. On the last day, there was also movie screening which played Sweden movie The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeared or  Hundraåringen som klev ut genom fönstret och försvann. read more