Penulis: Naomi R. Anditya
Bicara soal persamaan gender di kawasan Nordik sama secara bicara tentang guacamole dan Mexico. Dunia dibuat kagum dengan betapa progresifnya negara-negara di kawasan Nordik (Finlandia, Swedia, Norwegia, Islandia, Denmark, Kep. Faroe, dan Kep. Aland) terkait persamaan gender. Di antara negara-negara di Eropa daratan, kawasan Nordik bahkan jauh lebih egaliter. Kenyataan ini tentu berkaitkelindan dengan peringkat teratas demokrasi yang didominasi oleh kawasan Nordik. Tahukah kalian bahwa negara-negara Nordik merupakan salah satu pelopor dari pemberian hak berpolitik kepada perempuan? Bahkan saat ini, presentase perempuan yang ada di parlemen mencapai lebih dari 40%! Memang belum ideal 50% sih, tetapi kalian bisa bayangkan betapa jarangnya kita menemui jumlah perempuan dalam parlemen sebanyak itu. Fakta lain yang menunjukkan fenomena gender equality tersebut adalah fakta bahwa presiden perempuan pertama yang dipilih secara demokratis adalah Vigdís Finnbogadóttir dari Islandia (menjabat 1980-1996). Data resmi terakhir Global Gender Gap yang dikeluarkan World Economic Forum pada tahun 2014 menunjukkan bahwa Islandia (selama enam tahun berturut-turut) ada di urutan pertama negara yang kesenjangan gendernya paling rendah, diikuti Finlandia (2), Norwegia (3), Swedia (4), Denmark (5), Nikaragua (6), Rwanda (7), Irlandia (8), Filipina (9), dan Belgia (10). Biasanya, selama bertahun-tahun, negara-negara Skandinavia hanya berputar-putar saja di keempat peringkat teratas. Kira-kira kenapa, ya, mereka bisa sangat progresif? Kita boleh dong, sedikit menerka-nerka.